Pacarku Cinta Pertamaku
Oleh Eka Rahayu*
Hari ini adalah awal dari karirku, di mana seoarang
ibu telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk mememang saham milik almarhum
ayahku. Iya karena aku sekarang sudah dewasa dan aku terlahir dalam keluarga
yang dilihat cukup kaya. Namaku kevin dan aku termasuk dalam golongan cowok
yang gateng ‘haaa’.
Dihari pertamaku
bekerja aku sangat terlihat fokus dengan semua kertas yang tertumpuk dimejaku
seperti sarang burung yang berserakan.
“Huft sangat
melelahkan ternyata bekerja seperti ini”.
Tapi dalam
kehidupan ini tak akan menyenangkan bila luput dari sosok wanita.
”Yaa wanita
idamanku,” dia adalah Kercis seorang gadis cantik dengan kulit putih dan
berambut panjang.
Aku megenalnya
sudah cukup lama dan sampai kami menjalin hubungan dengan status berpacaran.
***
“Huhhhhh!
pekerjaan yang memang sangat membosankan,” ucapku dalam hati dengan menghela
napas panjang.
Jam menunjukkan
pukul 16:20 WIB, itu pertanda jam bekerjaku telah berakhir. Aku segera
menggendong tas laptopku dan membawa kunci mobil kesayangganku menuju ke
parkiran, dan cepat-cepat pulang kerumah seakan aku tak ingin melewatkan sore
berlalu. Tetapi dalam perjalananku menuju
keparkiran telah ada seekor tupai yang mengintai dibalik pohon almond seakan ia
menginginkan almond ditasku dan dalam sekejap taskupun lenyap.
“Maling-maling!!
Tolong maling!,” ujarku dengan mengejar tupai itu.
Tapi tupai itu
sangat pandai dan cepat menghilang dalam pandangan normal. Aku hanya pasrah
karena walaupun kukejar tak akan dapat. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang
kerumah karena sore telah mendahuluiku sebelum sampai dirumah. Tetapi dalam
perjalananku aku hampir saja membunuh seseorang karena tertabrak oleh mobilku.
Siapa yang harusku salahkan dia atau mobilku?. Saatku ingin melihat keadaan
orang yang telah aku tabrak tetapi ia malah marah-marah dan meronta-ronta,
ternyata ia hanya seorang gadis sales penjual kosmetik dengan kacamata di atas
kepalanya dan membawa payung berwarna biru. Aku berusaha untuk meminta maaf
tapi ia tetap saja marah-marah dengan logat bahasanya yang sangat kental.
“Hey punya
matakan? Makanya ngendarain mobil itu yang bener! Jadi kayak ginikan jadinya, sakit tauk!,” kata gadis itu.
“Maaf mbak maaf banget, tadi lagi gak fokus,”
kataku dengan mencari alasan yang tepat.
“Huhh ngeselin banget sih mentang situ orang
kaya!,” tutur gadis itu menghina.
“Enak aja sini aku bantuin?,” pintaku.
“Udah ngak usah pegang-pegang tangan aku!,”
gadis itu langsung lari.
“Dasar aneh?,”
kataku dalam hati. Setelah kejadian itu masalah bertambah-tambah terus di
otakku seperti sawang yang bergelayutan kesana-sini bebas melayang-layang ditiup
angin.
Setelah mobil
yang kukendarai melaju dengan kecepatan di atas kecepatan normal sampailah aku
dirumah dengan memasang raut wajah yang seperti memang banyak masalah bagaikan
dilanda sunami dan gempa dengan kekuatan 1000 SL.
“Kenapa dengan wajahmu
nak seperti benang kusut aja ditekuk kayak gitu,?” kata seorang ibu yang telah
menunggu di beranda rumah.
“Bukan lagi benang kusut ma? Ini udah terlalu
kusut sampe semuanyapun kusut,” dengan nada marah dan memelas.
“Kenapa sayang?,” tanya mama.
“Laptop aku hilang tadi sewaktu aku diparkiran
ma?,” jawaban yang sangat menyakinkan.
“Cuma laptop aja kok jadi dipermasalahkan sih
sayang, tinggal beli lagi yang baru lah kok diambil susah?,” jawab mama dengan
nada yang sedikit mengejek layaknya ejekan anak kecil.
“Tapi bukan laptop aja ma? Tadi kevin nabrak
orang?,” dengan nada yang risau dan ketakutan.
“Terus bagaimana dengan orang itu? Gak sampai
matikan?,” jawabnya dengan kaget.
“Gak ma Cuma lecet aja mungkin, ngak peduli
aku!,” pergi beranjak kekamarnya dan melempar kunci mobilnya.
Tiba-tiba pintu
mengeluarkan jeritan tanda seseorang mengetuk dari daun pintu.
‘Tok tok tok!,’
“Yaa sebentar,”
jawabku dengan nada yang sedikit males.
Saatku buka pintu rumah ternyata ada seseorang
gadis yang bagiku tak asing dia membanwa sebuah tas yang mirip dengan tasku
yang hilang tadi siang.
”Maaf apakah ini
punyamu?,” tanya gadis itu.
“Ya.”
“Nahh ambilah!,” kata gadis itu dengan sedikit
mengayunkan sedikit tas itu ketubuhku.
“Hei apa-apan?,”
tanyaku dengan sedikit nada yang bermasalah.
“Kenapa?,” dengan muka sedikit mengejek.
“Kamukan orang yang ngeselin tadi?, ternyata
kamu? Kamu buta?,” tanyaku dengan penasaran.
“Emm yaa,” jawab gadis itu.
“Kevin!,”
terdengar suara memanggil dari lantai atas rumah.
“Iya maa.”
“Ada siapa? Kenapa gak disuruh masuk vin!, ”
tanya mama.
“Emm iyaa ma,” belum sempat aku menyuruh gadis
itu masuk kedalam mamaku sudah berada di sebelahku seperti hantu saja jalanya
seperti kilat yang menyambar dalam waktu satu detik.
“Nahh kamu kan tukang pijat yang aku pesan
tadi?,” tanya mama dengan raut muka yang senang dengan kehadiran gadis itu .
“Em em em
bu..bu..bu,” gadis itu berbicara terbata-bata.
“Ahh iyakan ayolah masuk kamar ibu ada di atas,”
ditariklah tangan gadis itu menuju kamar mamaku. Belum sempat aku menceritakan
bahwa dia bukan gadis tukang pijat mamaku sudah menarik tanganya hingga aku tak
dapat berkata sepatah katapun.
“Aneh,” kataku.
Burung berkicau
membangunkan tidurku seakan mencadi alaram pengganti jam wekerku, cahaya matahari mulai menerobos sela-sela hordeng jendela
rumahku dalam sekejap aku langsung menuju ke kamar mandi dan sekejap itu aku
terbayang dengan gadis yang aku tabrak, gadis yang telah mengembalikan laptopku
dan gadis yang jadi tukang pijat mamaku.
“Shitttt! Kenapa
aku jadi mikirin dia sih gak penting banget,” kataku dalam hati setelah mandiku
selesai aku bergegas berangkat kekator seperti biasa.
“Ma! Berangkat dulu ya?,” kataku didepan
pintu.
“Loh gak sarapan dulu apa?,” tanya mama
sedikit khawatir.
“Ahh gak usah ma udah nanti ajakan bisa makan
dikantor,” jawabku dengan nada tenang.
”Oh ya udah
hati-hati ya sayang,” dengan mengambilkan tas laptopku.
“Oke ma,” dan
seketika itupun aku pergi dengan membawa sepikul semangat yang kugendong
dipundakku taklama aku sudah sampai dikantor milik almarhum ayahku. Ternyata
disana sudah ada seseorang yang telah menungguku Kercis ya dia adalah
kekasihku.
“Hai sayang
kenapa kau disini?,” tanyaku.
“Ingin bertemu dengan kamulah, aku sangat
merindukanmu beb,” jawabnya dengan
muka yang girang.
“Aku juga sangat merindukanmu beb.”
“Beb anterin aku ya hari ini ke tempat biasa
aku beli kosmetik soalnya alat kosmetik aku udah pada mau abis nih,”
merengek-rengek.
“Emm okedeh apasih yang gak buat kamu,”
jawabku.
Aku merasa biasa
saja karena kau telah terbiasa dengan Kercis, hubungan kami juga sudah direstui
mama tinggal kapan kami akan melaksanakan kelangkah selanjutnya yaitu
pernikahan.
Mobilku melaju
kuusahakan cukup kencang agar cepat sampai ketempat yang kami tuju, setelah
sampai aku turun dari mobil bersama Kercis menuju kedalam tempat itu, aku tak
sengaja melihat gadis itu lagi gadis sales buta yang jadi tukang pijat di
rumahku. Aku mengejarnya dan meninggalkan kercis dengan alasan aku ingin pergi
ke WC, tapi sayang gadis itu sangat cepat untuk aku kejar seperti angin tornado
yang cepat menghilang cepat pula kembali. Teryata gadis itu sudah berada didalam
dan bersama Kercis, sepertinya ada perdebatan antara Kercis dengan gadis itu
saat gadis itu melihat aku dia langsun pergi dan aku langsung menghampiri Kercis
yang sedang menangis.
“Ada apa sayang? Kenapa? Apa yang terjadi?,”
tanyaku dengan nada yang sedikit khawatir.
“Dia! Gadis itu sangat menyebalkan!, sudahlah
tidak usah bahas dia lagi aku muak dengan dia!,” jawab kercis dengan nada marah.
“Baiklah ayok kita pulang kalau begitu,” saat
kercis ingin menaiki mobilku kakinya tergelincir aku langsung mengangkatnya dan
mengantarkanya kerumahnya.
Aku teringat akan tukang pijat itu aku telvon
mama dan menyuruh dia untuk kerumah Kercis, tak lama kemudian gadis itu datang
dan Kercis terkejut.
“Kenapa dia yang datang sayang?,” tanya Kercis.
“Iya dia tukang pijat mamaku dia jago loh
mijat?,” jawabku menyakinkan padahal aku tak mengetahui apakah gadis itu bisa
memijat atau tidak.
“Sayang aku balik lagi kekantor ya? Tenag aja
kamu pasti sembuh kok oke.”
“Iya sayang
hati-hati ya?,” pintanya sebelum aku meninggalkanya pergi.
“Iyaa,” jawabku dengan langsung pergi dan
menuju kekantor aku baru teringat aku belum mengetahui nama gadis itu.
“Shitt! Kenapa tidak kutanyakan!,” gumamku
dalam hati.
Matahari sudah
mulai ingin beristirahat sehalnya aku juga ingin seperti matahari yang mulai
menunjukkan kemuningnya pertanda sore akan berakhir aku sudah tiba di rumah dan
cepat memasuki kamar saatku menaiki tangga ternayata ada gadis tukang pijat itu
sontak aku memanggilnya.
“Heyy kamu!,” tanyaku membentak.
“Aku?,” jawabnya sedikit bingung.
“Iyalah siapa lagi? Ngapain kamu disini? Siapa
namamu? Kenapa kau akhir-akhir ini muncul terus di hari-hariku?,” pertanyaan
muncul dari otakku sontak tanpa ku pikirkan lagi.
“Aku..ya biasa
kamukan udah tau aku ngapain,namaku? mana aku tau!,” jawabnya dengan muka sinis.
Aku menuruni tangga dan mengulurkan tanganku
tanda perkenalan dan gadis itu langsung menjabat tanganku
“Wanda” jawabnya.
“Kevin” kataku dengan mengangkat alis sebelah
tanda muka yang tak kurang senang.
Akhirnya kami
berbincang-bincang tentang aku dan mamaku saat itulah aku merasa nyaman
dengannya dan aku putuskan aku ingin bersahabat dengannya diapun mau dan
akhirnya kami berteman dan disaaat itulah dia menceritakan apa yang terjadi
tadi siang. Saat dia berada dirumah kercis gadis itu mengatakan.
“Gue tadi denger kercis nelvon ama cowok dia
bilang dia Cuma mau manfaatin lo aja, biar dia itu bisa nikah ama lo dan
ngambil semua harta lo,” menuturkan ceritanya dan berusaha menyakinkan aku tapi
sayang aku tak mungkin lebih percaya dengan orang yang baru aku kenal dibanding
kekasihku yang sudah lama kau kenal.
“Aku tidak percaya dengan kau! Sekarang aku
tidak ingin berteman lagi denganmu pergi kau!,” aku menyuruhnya untuk pergi dan
tak usah datang lagi kerumahku sebagai dalam bentuk apapun.
***
Keesokan harinya.
Aku menemui Kercis
dan aku menceritakan semua dengannya dan Kercis sepertinya marah dengan Wanda
aku berusaha menenangkan hatinya.
“Tenang sayang aku tetep percaya sama kamu kok
kebandig dia,” dengan nada yang menyakinkan.
“Menyebalkan gadis itu dasar gadis miskin tak
tau diri, tambah benci aku dengannya beb,” marah dan kercis sepertinya memikirkan
sesuatu. Sekecap itu Kercis pergi meninggalkanku, dan sepertinya dia menemui
Wanda.
***
2 hari kemudian.
Kercis datang
dengan tiba-tiba dan mengatakan bahwa Wanda itu berpura-pura buta untuk
mendekati aku dan Kercis mengatakan bahwa mungkin Wanda mencuri barang-barang
milik mamaku. Aku tidak habis pikir bahwa Wanda akan membohongiku, aku semakin
tak mempercayainya dan kami setuju mempercepat pernikahan kami minggu depan.
Dan mama menyetujuinya.
“Terserah kapan kalian akan menikah mama
setuju saja, mama tidak habis pikir bahwa Wanda akan berbuat seperti itu,” ungkasan
mama terhadap Wanda.
Pagi ini aku
akan pergi mengajak Kercis untuk memilih baju untuk pernikan kami nanti. aku
sampai-sampai tak ingin melewatkan untuk menyaksikan kabut pagi yang masih
sejuk menutupi jalanan. Saatku sampai dirumah Kercis aku langsung masuk
kerumahnya tanpa mengetuk pintu dan aku tak tau bahwa dia sedang bersama lelaki
dan mengatakan hal yang pernah dikatan Wanda.
“Aku akan segera manikah sayang denga Kevin
yang bodoh itu! Setelah aku menikah akan ku ambil hartanya dan kita akan pergi
bersenang-senang hhaahaa,” katanya sambil tertawa.
“Cukup! Ternayata benar apa kata Wanda kau
munafik! Pernikahan kita dibatalkan titik,!” kataku dengan nada marah yang
sudah kelewat dari normal.
Seperti putus
segala-galanya hati, fisik, bathin dan otak penuh dengan putus, kemana aku
harus membenahi hidupku aku terbesit dan aku teringat dulu Kercis mengatakan
bahwa juleha menyukaiku sampai-sampai disa rela menjadi tukang pijat mamaku.
Aku segera meminta restu mama dan pergi untuk mencari Wanda, pagi hingga sore
aku mengabdikan hidupku untuk mencari Wanda yang tak aku ketahui alamatnya
bukan seperti lagu Ayu Ting-ting alamat
palsu tapi aku benar-benar tak mengetahui di mana dia tinggal bagaikan
mencari jarum ditupukan jerami 2 hari aku mencarinya tapi aku belum mendapatkan
tanda-tanda dimana dia tingggal. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri
untuk melanjutkan kuliahku disana aku berpesan kepada mama.
“Ma jika mama bertemu dengan juleha salamkan
aku mencarinya dan aku juga mencintainya,” dengan pelan.
“Iya sayang apakah kamu yakin ingin meneruskan
sekolahmu lagi?,” tanya mama dengan sedikit nada yang sedih.
“Iya ma.”
“Baiklah jika
itu keputusanmu,” jawaban mama seperti terdengar pasrah.
Esok paginya
tepat pukul 8:00 WIB, aku segera berangkat ke bandara saat ditengah jalan mama
menjerit seolah melihat segepok emas jatuh dari langit.
“Itu! Itu! Juleha” jerit mama aku keluar dari
mobil dan mengejarnya.
“Wanda tunggu jangan pergi,” jeritku tetapi
juleha tetap berlari dengan caranya yang sangat kencang tapi kali ini kau tak
akan ku biakan lolos akhirnya dia dapat ku tangkap dan aku peluk tubuhnya
sangat erat seolah aku tak akan melepaskanya lagi.
“Kemana saja kau Wanda aku mencarimu, maafkan
aku telah menilaimu jahat dimataku tetapi sebenarnya kaulah yang benar,” dengan
nafas terengah-engah.
“Alhamdulilah ternyata allah telah membukankan
mana yang benar dan mana yang salah,” jawabnya dengan senang.
“Iya aku sudah memutuskan membantalkan
perkawinanku dengan Kercis” jawabku memberi tahunya agar masih ada kesempatanku
untuk mendapatkan cintanya.
“Mau kah engkau menjadi pacarku dan calon
pengantinku?,” dengan mengambil daun dan
ku buat semirip mungkin dengan cincin.
“Iya,” jawabnya dengan raut muka yang gembira
lalu kudekap tubuhnya seakan hari telah gelap dan bulan engan untuk menunjukkan
wajahnya karena ia malu untuk mengintip kebahagian kami.
*Penulis adalah siswa kelas XII IPA
1 SMA PLUS N 2 BA III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar