Senin, 01 Desember 2014

cerpen 1

Pacarku Cinta Pertamaku
Oleh Eka Rahayu*

Hari ini  adalah awal dari karirku, di mana seoarang ibu telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk mememang saham milik almarhum ayahku. Iya karena aku sekarang sudah dewasa dan aku terlahir dalam keluarga yang dilihat cukup kaya. Namaku kevin dan aku termasuk dalam golongan cowok yang gateng ‘haaa’.
Dihari pertamaku bekerja aku sangat terlihat fokus dengan semua kertas yang tertumpuk dimejaku seperti sarang burung yang berserakan.
“Huft sangat melelahkan ternyata bekerja seperti ini”.
Tapi dalam kehidupan ini tak akan menyenangkan bila luput dari sosok wanita.
”Yaa wanita idamanku,” dia adalah Kercis seorang gadis cantik dengan kulit putih dan berambut panjang.
Aku megenalnya sudah cukup lama dan sampai kami menjalin hubungan dengan status berpacaran.
***
Angin berhembus cukup kencang hingga dapat menerobos masuk celah jendela dalam kantorku hingga semua kertas melayang berhamburan
“Huhhhhh! pekerjaan yang memang sangat membosankan,” ucapku dalam hati dengan menghela napas panjang.
Jam menunjukkan pukul 16:20 WIB, itu pertanda jam bekerjaku telah berakhir. Aku segera menggendong tas laptopku dan membawa kunci mobil kesayangganku menuju ke parkiran, dan cepat-cepat pulang kerumah seakan aku tak ingin melewatkan sore berlalu. Tetapi  dalam perjalananku menuju keparkiran telah ada seekor tupai yang mengintai dibalik pohon almond seakan ia menginginkan almond ditasku dan dalam sekejap taskupun lenyap.
“Maling-maling!! Tolong maling!,” ujarku dengan mengejar tupai itu.
Tapi tupai itu sangat pandai dan cepat menghilang dalam pandangan normal. Aku hanya pasrah karena walaupun kukejar tak akan dapat. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang kerumah karena sore telah mendahuluiku sebelum sampai dirumah. Tetapi dalam perjalananku aku hampir saja membunuh seseorang karena tertabrak oleh mobilku. Siapa yang harusku salahkan dia atau mobilku?. Saatku ingin melihat keadaan orang yang telah aku tabrak tetapi ia malah marah-marah dan meronta-ronta, ternyata ia hanya seorang gadis sales penjual kosmetik dengan kacamata di atas kepalanya dan membawa payung berwarna biru. Aku berusaha untuk meminta maaf tapi ia tetap saja marah-marah dengan logat bahasanya yang sangat kental.
“Hey punya matakan? Makanya ngendarain mobil itu yang bener! Jadi kayak ginikan jadinya, sakit tauk!,” kata gadis itu.
 “Maaf mbak maaf banget, tadi lagi gak fokus,” kataku dengan mencari alasan yang tepat.
 “Huhh ngeselin banget sih mentang situ orang kaya!,” tutur gadis itu menghina.
 “Enak aja sini aku bantuin?,” pintaku.
 “Udah ngak usah pegang-pegang tangan aku!,” gadis itu langsung lari.
“Dasar aneh?,” kataku dalam hati. Setelah kejadian itu masalah bertambah-tambah terus di otakku seperti sawang yang bergelayutan kesana-sini bebas melayang-layang ditiup angin.
Setelah mobil yang kukendarai melaju dengan kecepatan di atas kecepatan normal sampailah aku dirumah dengan memasang raut wajah yang seperti memang banyak masalah bagaikan dilanda sunami dan gempa dengan kekuatan 1000 SL.
“Kenapa dengan wajahmu nak seperti benang kusut aja ditekuk kayak gitu,?” kata seorang ibu yang telah menunggu di beranda rumah.
 “Bukan lagi benang kusut ma? Ini udah terlalu kusut sampe semuanyapun kusut,” dengan nada marah dan memelas.
 “Kenapa sayang?,” tanya mama.
 “Laptop aku hilang tadi sewaktu aku diparkiran ma?,” jawaban yang sangat menyakinkan.
 “Cuma laptop aja kok jadi dipermasalahkan sih sayang, tinggal beli lagi yang baru lah kok diambil susah?,” jawab mama dengan nada yang sedikit mengejek layaknya ejekan anak kecil.
 “Tapi bukan laptop aja ma? Tadi kevin nabrak orang?,” dengan nada yang risau dan ketakutan.
 “Terus bagaimana dengan orang itu? Gak sampai matikan?,” jawabnya dengan kaget.
 “Gak ma Cuma lecet aja mungkin, ngak peduli aku!,” pergi beranjak kekamarnya dan melempar kunci mobilnya.
Tiba-tiba pintu mengeluarkan jeritan tanda seseorang mengetuk dari daun pintu.
‘Tok tok tok!,’
“Yaa sebentar,” jawabku dengan nada yang sedikit males.
 Saatku buka pintu rumah ternyata ada seseorang gadis yang bagiku tak asing dia membanwa sebuah tas yang mirip dengan tasku yang hilang tadi siang.
”Maaf apakah ini punyamu?,” tanya gadis itu.
 “Ya.”
 “Nahh ambilah!,” kata gadis itu dengan sedikit mengayunkan sedikit tas itu ketubuhku.
“Hei apa-apan?,” tanyaku dengan sedikit nada yang bermasalah.
 “Kenapa?,” dengan muka sedikit mengejek.
 “Kamukan orang yang ngeselin tadi?, ternyata kamu? Kamu buta?,” tanyaku dengan penasaran.
 “Emm yaa,” jawab gadis itu.
“Kevin!,” terdengar suara memanggil dari lantai atas rumah.
 “Iya maa.”
 “Ada siapa? Kenapa gak disuruh masuk vin!, ” tanya mama.
 “Emm iyaa ma,” belum sempat aku menyuruh gadis itu masuk kedalam mamaku sudah berada di sebelahku seperti hantu saja jalanya seperti kilat yang menyambar dalam waktu satu detik.
 “Nahh kamu kan tukang pijat yang aku pesan tadi?,” tanya mama dengan raut muka yang senang dengan kehadiran gadis itu .
“Em em em bu..bu..bu,” gadis itu berbicara terbata-bata.
 “Ahh iyakan ayolah masuk kamar ibu ada di atas,” ditariklah tangan gadis itu menuju kamar mamaku. Belum sempat aku menceritakan bahwa dia bukan gadis tukang pijat mamaku sudah menarik tanganya hingga aku tak dapat berkata sepatah katapun.
 “Aneh,” kataku.
Burung berkicau membangunkan tidurku seakan mencadi alaram pengganti jam wekerku, cahaya matahari mulai menerobos sela-sela hordeng jendela rumahku dalam sekejap aku langsung menuju ke kamar mandi dan sekejap itu aku terbayang dengan gadis yang aku tabrak, gadis yang telah mengembalikan laptopku dan gadis yang jadi tukang pijat mamaku.
“Shitttt! Kenapa aku jadi mikirin dia sih gak penting banget,” kataku dalam hati setelah mandiku selesai aku bergegas berangkat kekator seperti biasa.
 “Ma! Berangkat dulu ya?,” kataku didepan pintu.
 “Loh gak sarapan dulu apa?,” tanya mama sedikit khawatir.
 “Ahh gak usah ma udah nanti ajakan bisa makan dikantor,” jawabku dengan nada tenang.
”Oh ya udah hati-hati ya sayang,” dengan mengambilkan tas laptopku.
“Oke ma,” dan seketika itupun aku pergi dengan membawa sepikul semangat yang kugendong dipundakku taklama aku sudah sampai dikantor milik almarhum ayahku. Ternyata disana sudah ada seseorang yang telah menungguku Kercis ya dia adalah kekasihku.
“Hai sayang kenapa kau disini?,” tanyaku.
 “Ingin bertemu dengan kamulah, aku sangat merindukanmu beb,” jawabnya dengan muka yang girang.
 “Aku juga sangat merindukanmu beb.”
 “Beb anterin aku ya hari ini ke tempat biasa aku beli kosmetik soalnya alat kosmetik aku udah pada mau abis nih,” merengek-rengek.
 “Emm okedeh apasih yang gak buat kamu,” jawabku.
Aku merasa biasa saja karena kau telah terbiasa dengan Kercis, hubungan kami juga sudah direstui mama tinggal kapan kami akan melaksanakan kelangkah selanjutnya yaitu pernikahan.
Mobilku melaju kuusahakan cukup kencang agar cepat sampai ketempat yang kami tuju, setelah sampai aku turun dari mobil bersama Kercis menuju kedalam tempat itu, aku tak sengaja melihat gadis itu lagi gadis sales buta yang jadi tukang pijat di rumahku. Aku mengejarnya dan meninggalkan kercis dengan alasan aku ingin pergi ke WC, tapi sayang gadis itu sangat cepat untuk aku kejar seperti angin tornado yang cepat menghilang cepat pula kembali. Teryata gadis itu sudah berada didalam dan bersama Kercis, sepertinya ada perdebatan antara Kercis dengan gadis itu saat gadis itu melihat aku dia langsun pergi dan aku langsung menghampiri Kercis yang sedang menangis.
 “Ada apa sayang? Kenapa? Apa yang terjadi?,” tanyaku dengan nada yang sedikit khawatir.
 “Dia! Gadis itu sangat menyebalkan!, sudahlah tidak usah bahas dia lagi aku muak dengan dia!,” jawab kercis dengan nada marah.
 “Baiklah ayok kita pulang kalau begitu,” saat kercis ingin menaiki mobilku kakinya tergelincir aku langsung mengangkatnya dan mengantarkanya kerumahnya.
 Aku teringat akan tukang pijat itu aku telvon mama dan menyuruh dia untuk kerumah Kercis, tak lama kemudian gadis itu datang dan Kercis terkejut.
 “Kenapa dia yang datang sayang?,” tanya Kercis.
 “Iya dia tukang pijat mamaku dia jago loh mijat?,” jawabku menyakinkan padahal aku tak mengetahui apakah gadis itu bisa memijat atau tidak.
 “Sayang aku balik lagi kekantor ya? Tenag aja kamu pasti sembuh kok oke.”
“Iya sayang hati-hati ya?,” pintanya sebelum aku meninggalkanya pergi.
 “Iyaa,” jawabku dengan langsung pergi dan menuju kekantor aku baru teringat aku belum mengetahui nama gadis itu.
 “Shitt! Kenapa tidak kutanyakan!,” gumamku dalam hati.
Matahari sudah mulai ingin beristirahat sehalnya aku juga ingin seperti matahari yang mulai menunjukkan kemuningnya pertanda sore akan berakhir aku sudah tiba di rumah dan cepat memasuki kamar saatku menaiki tangga ternayata ada gadis tukang pijat itu sontak aku memanggilnya.
 “Heyy kamu!,” tanyaku membentak.
 “Aku?,” jawabnya sedikit bingung.
 “Iyalah siapa lagi? Ngapain kamu disini? Siapa namamu? Kenapa kau akhir-akhir ini muncul terus di hari-hariku?,” pertanyaan muncul dari otakku sontak tanpa ku pikirkan lagi.
“Aku..ya biasa kamukan udah tau aku ngapain,namaku? mana aku tau!,” jawabnya dengan muka sinis.
 Aku menuruni tangga dan mengulurkan tanganku tanda perkenalan dan gadis itu langsung menjabat tanganku
“Wanda” jawabnya.
 “Kevin” kataku dengan mengangkat alis sebelah tanda muka yang tak kurang senang.
Akhirnya kami berbincang-bincang tentang aku dan mamaku saat itulah aku merasa nyaman dengannya dan aku putuskan aku ingin bersahabat dengannya diapun mau dan akhirnya kami berteman dan disaaat itulah dia menceritakan apa yang terjadi tadi siang. Saat dia berada dirumah kercis gadis itu mengatakan.
 “Gue tadi denger kercis nelvon ama cowok dia bilang dia Cuma mau manfaatin lo aja, biar dia itu bisa nikah ama lo dan ngambil semua harta lo,” menuturkan ceritanya dan berusaha menyakinkan aku tapi sayang aku tak mungkin lebih percaya dengan orang yang baru aku kenal dibanding kekasihku yang sudah lama kau kenal.
 “Aku tidak percaya dengan kau! Sekarang aku tidak ingin berteman lagi denganmu pergi kau!,” aku menyuruhnya untuk pergi dan tak usah datang lagi kerumahku sebagai dalam bentuk apapun.
***
Keesokan harinya.
Aku menemui Kercis dan aku menceritakan semua dengannya dan Kercis sepertinya marah dengan Wanda aku berusaha menenangkan hatinya.
 “Tenang sayang aku tetep percaya sama kamu kok kebandig dia,” dengan nada yang menyakinkan.
 “Menyebalkan gadis itu dasar gadis miskin tak tau diri, tambah benci aku dengannya beb,” marah dan kercis sepertinya memikirkan sesuatu. Sekecap itu Kercis pergi meninggalkanku, dan sepertinya dia menemui Wanda.
***
2 hari kemudian.
Kercis datang dengan tiba-tiba dan mengatakan bahwa Wanda itu berpura-pura buta untuk mendekati aku dan Kercis mengatakan bahwa mungkin Wanda mencuri barang-barang milik mamaku. Aku tidak habis pikir bahwa Wanda akan membohongiku, aku semakin tak mempercayainya dan kami setuju mempercepat pernikahan kami minggu depan. Dan mama menyetujuinya.
 “Terserah kapan kalian akan menikah mama setuju saja, mama tidak habis pikir bahwa Wanda akan berbuat seperti itu,” ungkasan mama terhadap Wanda.
Pagi ini aku akan pergi mengajak Kercis untuk memilih baju untuk pernikan kami nanti. aku sampai-sampai tak ingin melewatkan untuk menyaksikan kabut pagi yang masih sejuk menutupi jalanan. Saatku sampai dirumah Kercis aku langsung masuk kerumahnya tanpa mengetuk pintu dan aku tak tau bahwa dia sedang bersama lelaki dan mengatakan hal yang pernah dikatan Wanda.
 “Aku akan segera manikah sayang denga Kevin yang bodoh itu! Setelah aku menikah akan ku ambil hartanya dan kita akan pergi bersenang-senang hhaahaa,” katanya sambil tertawa.
 “Cukup! Ternayata benar apa kata Wanda kau munafik! Pernikahan kita dibatalkan titik,!” kataku dengan nada marah yang sudah kelewat dari normal.
Seperti putus segala-galanya hati, fisik, bathin dan otak penuh dengan putus, kemana aku harus membenahi hidupku aku terbesit dan aku teringat dulu Kercis mengatakan bahwa juleha menyukaiku sampai-sampai disa rela menjadi tukang pijat mamaku. Aku segera meminta restu mama dan pergi untuk mencari Wanda, pagi hingga sore aku mengabdikan hidupku untuk mencari Wanda yang tak aku ketahui alamatnya bukan seperti lagu Ayu Ting-ting alamat palsu tapi aku benar-benar tak mengetahui di mana dia tinggal bagaikan mencari jarum ditupukan jerami 2 hari aku mencarinya tapi aku belum mendapatkan tanda-tanda dimana dia tingggal. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahku disana aku berpesan kepada mama.
 “Ma jika mama bertemu dengan juleha salamkan aku mencarinya dan aku juga mencintainya,” dengan pelan.
 “Iya sayang apakah kamu yakin ingin meneruskan sekolahmu lagi?,” tanya mama dengan sedikit nada yang sedih.
 “Iya ma.”
“Baiklah jika itu keputusanmu,” jawaban mama seperti terdengar pasrah.
Esok paginya tepat pukul 8:00 WIB, aku segera berangkat ke bandara saat ditengah jalan mama menjerit seolah melihat segepok emas jatuh dari langit.
 “Itu! Itu! Juleha” jerit mama aku keluar dari mobil dan mengejarnya.
 “Wanda tunggu jangan pergi,” jeritku tetapi juleha tetap berlari dengan caranya yang sangat kencang tapi kali ini kau tak akan ku biakan lolos akhirnya dia dapat ku tangkap dan aku peluk tubuhnya sangat erat seolah aku tak akan melepaskanya lagi.
 “Kemana saja kau Wanda aku mencarimu, maafkan aku telah menilaimu jahat dimataku tetapi sebenarnya kaulah yang benar,” dengan nafas terengah-engah.
 “Alhamdulilah ternyata allah telah membukankan mana yang benar dan mana yang salah,” jawabnya dengan senang.
 “Iya aku sudah memutuskan membantalkan perkawinanku dengan Kercis” jawabku memberi tahunya agar masih ada kesempatanku untuk mendapatkan  cintanya.
 “Mau kah engkau menjadi pacarku dan calon pengantinku?,” dengan mengambil daun  dan ku buat semirip mungkin dengan cincin.
 “Iya,” jawabnya dengan raut muka yang gembira lalu kudekap tubuhnya seakan hari telah gelap dan bulan engan untuk menunjukkan wajahnya karena ia malu untuk mengintip kebahagian kami.


*Penulis adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA PLUS N 2 BA III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar