Senin, 01 Desember 2014

Cerpen 3

Nyata Bayangan Semu
Oleh Eka Rahayu*

Matahari mulai menyerengaikan sinarnya. Burung-burung sudah sibuk berkicau. ayam-ayam yang sudah lama berkokok di atas atap kamarku.
                                                            ***
Aku baru membuka mataku dan berusaha menyadarkan diriku yang setengah masih mengantuk berat akibat bergadang dengan teman kamar sebelahku tadi malam. Aku baru sadar bahwa jam menunjukkan pukul 6:30 WIB. Aku terkaget dan langsung menyambar handuk yang tergantung di belakang pintu kamarku dan segera 5 menit aku selesai mandi dan memakan sepotong roti sisa bergadang tadi malam.
Hari ini sekolah masuk agak lebih siang dibandingkan hari-hari biasanya karena minggu ini adalah pesta siswa pelajar SD, SMP, SMA sederajat yang sudah berperang melawan berantaian para soal yang mengerikan dan sekaligus membunuh. Sungguh menyerukan dan menyenangkan hari-hari ini kalau tanpa belajar hidup terasa tentram damai dan sejahtera.
 Aku tinggal di asrama bersama dengan teman-temanku yang memiliki rumah jauh dari sekolah. ‘Ya!’ Namanya asrama pasti sekolahnya dekat dengan asrama. Sekolahku di belakang lokasi asrama putri tepat di belakang kamarku. Aku sudah menempuh 4 semester ‘Yah!’ Sekitar 2 tahun bersekolah di jenjang atas negeri milik pemerintahan kota yang biasa disebut sebagai sekolah favorit di daerah itu. aku memiliki teman karib, kamarnya terletak di sebelah kamarku. Yang kalau mau main tinggal lompat ke samping langsung masuk. Namanya Ehak, anak alay, sok seru, dan yang gak ketinggalan jidatnya yang jenong ‘etss’ ada yang ketinggalan Ehak ini kalau ketawa sampai asrama putra bisa kedengeran jeritan ketawanya kaya nenek sihir cempreng. Udah aku suruh latihan vokal dulu biar suaranya bulet tapi dianya pasti marah kalau aku bilang begitu.
Ini adalah hari ke-3 classmeting harus tambah seru dan kompak sama temen-temen kelas biar jadi the best suporter. ‘Go go go lapas!’ Yap! Lapas adalah nama kelasku singkatan dari SEBELAS IPA SATU. Untuk sekarang LAPAS memenangkan juara 1 bola voli, juara 2 soft ball, juara 3 fotshall. Luamayan dengan juara yang telah kelasku raih, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12:05 WIB saatnya pulang cepat. Tidak seperti hari biasanya yang pulang jam 4 sore hal yang sangat melelahkan dan membosankan.
Aku adalah cewek biasa yang sedikit berbeda dengan yang lain, aku memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi. Bagaimana tidak tinggi badanku hanya 158 centi meter. Dan aku memiliki kulit kuning langsat yang agak sedikit aneh bagiku jika dibandingkan dengan teman-temanku yang lain karena aku pernah disebut seperti mayat. Saat aku menuju asrama dan ingin membuka pintu ‘Eh!’ Ehak nonggol dari kejauhan seolah mengejarku
“Kong ke sekolah lagi yok,?” tanyanya.
 “Ngapain siang-siang gini! Enak tidur ajalah kumpulin tenaga untuk besok, mau jadi the best suporter gak lo,?” dengan raut muka yang agak girang Ehak memelas.
 “Ahh tidur mulu kayak kebo aja! Entar minum susu ajalah! Ayo kita ke sekolah kita manfaatin wifi sekolah,” aku pun terkejut kenapa aku tidak mengetahui kalau di sekolah ada wifi.
 “Iyaya ada wifi kok aku gak tau, yaudah kalau gitu aku ganti baju dulu ya entar lo panggil gue aja!,” pintaku pada Ehak.
 “Oke deh,” menjawab dengan penuh semangat.
Setelah beberapa menit kemudian Ehak memanggilku.
 “Kongggggggggggg! Ayook,” ajaknya.
 “Iyaaaa ayo!,” setelah itu aku dan Ehak segera menuju Kesekolah.
Karena di sekolah ada satpol PP alias satpam, jadi aku dan Ehak masuk ke ruang kelas dan asik sendiri-sendiri manfaatin jaringan gratis. Aku dan Ehak emang sudah biasa main-main chat karena kami berdua gila chat di manapun, ‘Yah!’ Ngibulin orang, main-mainin orang dan masih banyak lagi. Koleksi temen cowok Ehak yang begitu banyak sehingga mengantarkan aku dengan skype, aku berusaha memanggil-manggil Ehak tetapi dia tak mendengarkanku, menolehpun tidak seasiknya dia mainin itu chat.
“Hak! Eh lo ngapain sih kayak asik banget? Ikutan dong?,” pintaku pada Ehak.
 “Ohh lo manggil gue hahaha, sini deh ikutan, gue lagi gak chat kok Cuma video call lewat skype doang,” jawabnya dengan muka yang cengar-cengir.
 “Sama siapa lo video call Hak?,” tanyaku dengan suara yang agak keras biar Ehak dengar apa yang aku katakan karena Ehak memakai handset ditelinganya.
 “Sama temen nih! Baru nemu gue, baik kok orangnya umurnya 17 tahun udah lulus SMA dianya,” jawabnya agak santai.
 “Ooh liat dong orangnya yang mana? Seganteng apa lo sampe ngatain dia baik segala?,” ledek aku seolah tak percaya.
 “Kampret lo! Liat nih sini! Awas lo suka!,” dengan muka yang agak marah kayak anggrybird.
 “ manaaaaaaa? Ihh! Kayak gitu doang? Ahh dangkal banget selera lo Hak!,” sambil meledek Ehak.
 “Ehh dasar! Lo tu yaaaa yang agak oter,” jawabnya dengan nada yang tinggi.
Setelah aku melihat lelaki yang skype sama Ehak, sedikitpun aku tak menyukainya apalagi terpanah oleh cintanya ‘Hahah!.’ Tiba-tiba Ehak memanggilku dengan nada yang sok gembira.
“Kong sini deh! Kayanya dia suka sama lo deh dianya mau lihat muka lo lagi katanya lo cantik bener hahaha,” ledekan yang dilontarkan padaku hanya lemparan batu kerikil kecil yang tidak berasa.
 “Ahh gak lucu ah Hak! Udah gila kali tuh orang?,” jawab aku agak kesel.
 “Beneran ini serius kong! Sini dia pengen skype sama lo? Kalau gitu gue kasih ussername skype lo ajalah biar lo langsung skypean berdua ya?,” pintanya dengan nada yang sangat gembira.
“Hah! Serah lo deh Hak yang penting lo seneng,” jawabku seperti nada yang sedikit tak rela.
Jam sudah menunjukkan pukul 5:00 WIB waktunya pulang keasrama untuk makan, mandi, dan sholat, dan diteruskan malam entar lagi onlinenya. Malam itu aku lagi gak ada tugas dan hapalan jadi apalah daya jika nafsu ini pengen online dan bergadang lagi seperti malam-malam sebelumnya. Saat aku mengaktifkan laptop aku dan mencoba mengkonekkan modem ada satu chat di skype dari lelaki itu, lelaki yang Ehak temukan entah di mana. Chat yang aku terima berisi
Nice status,” aku mencoba perpikir status apa yang bagus? Perasaanku aku tidak membuat status hanya emoticon ngakak doang.
 “Makasih” dan beberapa detik kemudian dibalesnya kembali.
 “Hey boleh liat matanya gak?,” apalah maksud yang lelaki itu katakan.
 “Apaan sih kayak gak ada kerjaan aja,” tiba-tiba skype aku berbunyi lelaki itu mencoba menelpon aku dan apalah daya aku harus mengakat telpon itu saat aku angkat.
 Lelaki itu hanya tersenyum melihatku dan aku merasa malu sehingga kamera skype aku tutup tiba-tiba dia mengatakan.
“Idih kok ditutupin tangan kita menyatu,” apa maksud lelaki itu mengatan hal yang sok romantis denganku.
Hari demi hari minggu ini cepat sekali berakhir dan hari ini adalah hari pembagian raport akhir semester untuk naik ke kelas XII, setelah raport dibagikan aku pulang kerumah dan vacum selama kurang lebih 3 minggu dari sosial media. Setelah libur semester usai aku kembali lagi keasrama dan kebiasaan selama classmeting belum hilang aku masih sempat online bersama Ehak, hari itu tepat pada bulan puasa tepat siang hari di tanggal 16 juli 2014, lelaki itu menyatakan cintanya kepadaku lelaki itu bernama Andika dia tinggal di Bandung laki-laki yang aku kenal dengan perawakan yang berbadan kekar, kumis yang tipis, kulit yang khas Indonesia dan gombalanya tingkat dewa. Gayanya yang sok cool kalau lagi di depan kamera dan satu lagi gak jaim. Saat dia melihat mataku rasa yang dulu aku tak punya sekarang sudah mulai ada dan suatu saat akan tumbuh dan melekat dihati.
Di asrama peraturan membawa hp terbatas sabtu dan minggu boleh memegang hp, selain hari itu tidak diperbolehkan bagi anak-anak asrama terutama aku. Sehingga aku dan Andika hanya melakukan komunikasi seminggu sekali itupun hanya melewati sms. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan harapan yang begitu suci hanya diendus oleh sang bayu yang berdosa semuanya berubah menjadi kepiluan yang terdalam, siapa yang tidak syok jika seorang perempuan yang mempunyai pacar di seberang sana yang LDR dan harus ditingggalkan pergi untuk selama-lamanya. Cuma karena hanya ingin meminta maaf karena minggu kemarin Andika tak mengabariku, dia nekat pergi ke Palembang dengan mengendarai mobil milik orang tuanya, kejadian kecelakaan itu terjadi di jalan tol moch tohha tempat di mana dia akan keluar dari gerbang tol kota Bandung menuju Jakarta,dia dirawat dua minggu di rumah sakit Satrika Asih Bandung dan mulai saat itulah aku mulai merasa aku sangat besalah pada kejadiaan itu sampai akhirnya aku tak pernah menghubunginya lagi sampai nanti saat yang telah ditentukan.
Dan saat waktu yang telah ditentukan itu kupaksakan diriku untuk memberanikan menghubunginya kembali tapi apalah daya saat sms yang aku lontarkan berisi kata-kata sapaan tapi hanya ditanggapi seperti sampah.
“Andika,” pesan pertama yang aku kirimkan.
“Apa..,” balas Andika.
“Apa kabar? Apakah kamu sudah sembuh?,” tanyaku lanjut padanya.
“Baik, lo?,” balasnya kembali padaku dengan sms yang aneh.
“Entahlah kabar diriku tak menentu, apakah lo masih nganggep gue pacar lo,?” tanyaku menyakinkan.
“Lah kitakan udah putus, selama ini lo anggep apa Ka... emang gak sakit hati apa gue. Lo tinggalin gue egois lo,” cetusnya begitu denganku.
“Kamu sudah berubah kamu gak seperti dulu lagi, ada apa dengan kamu?,” tanyaku semakin menyakinkan.
“Memang aku kayak gini keles, dan gue juga barusan resmi pacaran dengan temen cewek aku tadi malam” jawabnya dengan enteng.
“Astaga jadi begitu? Semoga kau bahagia dan jika aku punya salah tolong maafkan aku.” Ku ketikkan sms itu dengan hati yang sangat perih.
“Apakah kita gak bisa temenan?,” balasnya kembali.
“Maaf aku tak bisa berteman dengan orang yang tak aku kenal asal usulnya dan latar belakangnya, sekarang tak ada lagi cerita dan kenangan,” kuucapkan kata-kata itu padanya.
“Kamu kenapa?,” tanyanya kembali dengan sangat enteng.
“Aku kenapa? Tanyakan pada batu yang membisu dan hamparan rumput jika dia nergoyang maka engkau akan tau jawabanya,” ku balaskan kata-kata itu yang meluncur mulus di hatiku.
Dan mulai dari itulah Andika tak pernah memberikan kabar lagi padaku hingga memang waktu yang memisahkannya.
Andika pernah berjanji padaku, jika aku sudah lulus sekolah SMA aku akan kuliah di pulau Jawa, dan Andika akan mengajakku pergi ke tempat yang romantis seperti di bukit yang bisa liat pelangi dan liat luasnya kota Bandung. dan saat malam takbiran Andika berjanji padaku akan mengajakku ke pantai untuk menghidupkan kembang api berdua. Andika juga berjanji jika aku tidak jadi kuliah di pulau Jawa Andika akan menjemputku di pulau Sumatera setelah dia lulus kuliah.
Janji itu akan hidup dan aku ingat sampai kapanpun, tak akan mudah aku lupakan begitu saja, kini kau hanya bayangan yang tak nyata, yang tak akan pernah aku jumpai dan kutemukan dimanpun sekalipun aku pergi ke Bandung untuk melihatmu itu akan menjadi hal yang mustahil bagiku.


*penulis adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA PLUS N2 BA III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar