Nyata
Bayangan Semu
Oleh
Eka Rahayu*
Matahari mulai
menyerengaikan sinarnya. Burung-burung sudah sibuk berkicau. ayam-ayam yang
sudah lama berkokok di atas atap kamarku.
***
Aku baru membuka
mataku dan berusaha menyadarkan diriku yang setengah masih mengantuk berat
akibat bergadang dengan teman kamar sebelahku tadi malam. Aku baru sadar bahwa
jam menunjukkan pukul 6:30 WIB. Aku terkaget dan langsung menyambar handuk yang
tergantung di belakang pintu kamarku dan segera 5 menit aku selesai mandi dan
memakan sepotong roti sisa bergadang tadi malam.
Hari ini sekolah
masuk agak lebih siang dibandingkan hari-hari biasanya karena minggu ini adalah
pesta siswa pelajar SD, SMP, SMA sederajat yang sudah berperang melawan
berantaian para soal yang mengerikan dan sekaligus membunuh. Sungguh menyerukan
dan menyenangkan hari-hari ini kalau tanpa belajar hidup terasa tentram damai
dan sejahtera.
Aku tinggal di asrama bersama dengan
teman-temanku yang memiliki rumah jauh dari sekolah. ‘Ya!’ Namanya asrama pasti
sekolahnya dekat dengan asrama. Sekolahku di belakang lokasi asrama putri tepat
di belakang kamarku. Aku sudah menempuh 4 semester ‘Yah!’ Sekitar 2 tahun
bersekolah di jenjang atas negeri milik pemerintahan kota yang biasa disebut
sebagai sekolah favorit di daerah itu. aku memiliki teman karib, kamarnya
terletak di sebelah kamarku. Yang kalau mau main tinggal lompat ke samping langsung
masuk. Namanya Ehak, anak alay, sok seru, dan yang gak ketinggalan jidatnya
yang jenong ‘etss’ ada yang ketinggalan Ehak ini kalau ketawa sampai asrama
putra bisa kedengeran jeritan ketawanya kaya nenek sihir cempreng. Udah aku
suruh latihan vokal dulu biar suaranya bulet tapi dianya pasti marah kalau aku
bilang begitu.
Ini adalah hari
ke-3 classmeting harus tambah seru dan kompak sama temen-temen kelas biar jadi
the best suporter. ‘Go go go lapas!’
Yap! Lapas adalah nama kelasku singkatan dari SEBELAS IPA SATU. Untuk sekarang
LAPAS memenangkan juara 1 bola voli, juara 2 soft ball, juara 3 fotshall.
Luamayan dengan juara yang telah kelasku raih, tak terasa jam sudah menunjukkan
pukul 12:05 WIB saatnya pulang cepat. Tidak seperti hari biasanya yang pulang
jam 4 sore hal yang sangat melelahkan dan membosankan.
Aku adalah cewek
biasa yang sedikit berbeda dengan yang lain, aku memiliki perawakan yang tidak
terlalu tinggi. Bagaimana tidak tinggi badanku hanya 158 centi meter. Dan aku memiliki kulit kuning langsat yang agak
sedikit aneh bagiku jika dibandingkan dengan teman-temanku yang lain karena aku
pernah disebut seperti mayat. Saat aku menuju asrama dan ingin membuka pintu ‘Eh!’
Ehak nonggol dari kejauhan seolah mengejarku
“Ngapain siang-siang gini! Enak tidur ajalah
kumpulin tenaga untuk besok, mau jadi the best suporter gak lo,?” dengan raut
muka yang agak girang Ehak memelas.
“Ahh tidur mulu
kayak kebo aja! Entar minum susu ajalah!
Ayo kita ke sekolah kita manfaatin wifi sekolah,” aku pun terkejut kenapa aku
tidak mengetahui kalau di sekolah ada wifi.
“Iyaya ada wifi kok aku gak tau, yaudah kalau gitu aku ganti baju dulu ya entar lo panggil gue aja!,” pintaku pada Ehak.
“Oke deh,” menjawab dengan penuh semangat.
Setelah beberapa
menit kemudian Ehak memanggilku.
“Kongggggggggggg! Ayook,” ajaknya.
“Iyaaaa ayo!,” setelah itu aku dan Ehak segera
menuju Kesekolah.
Karena di sekolah
ada satpol PP alias satpam, jadi aku dan Ehak masuk ke ruang kelas dan asik
sendiri-sendiri manfaatin jaringan gratis. Aku dan Ehak emang sudah biasa
main-main chat karena kami berdua
gila chat di manapun, ‘Yah!’ Ngibulin orang, main-mainin orang dan
masih banyak lagi. Koleksi temen cowok Ehak yang begitu banyak sehingga
mengantarkan aku dengan skype, aku
berusaha memanggil-manggil Ehak tetapi dia tak mendengarkanku, menolehpun tidak
seasiknya dia mainin itu chat.
“Hak! Eh lo ngapain sih kayak asik banget? Ikutan dong?,”
pintaku pada Ehak.
“Ohh lo
manggil gue hahaha, sini deh ikutan, gue lagi gak chat kok Cuma video call
lewat skype doang,” jawabnya dengan
muka yang cengar-cengir.
“Sama siapa lo video call Hak?,” tanyaku dengan suara yang agak keras biar Ehak
dengar apa yang aku katakan karena Ehak memakai handset ditelinganya.
“Sama temen nih! Baru nemu gue, baik kok orangnya umurnya 17 tahun udah lulus SMA dianya,” jawabnya agak santai.
“Ooh liat dong orangnya yang mana? Seganteng apa
lo sampe ngatain dia baik
segala?,” ledek aku seolah tak percaya.
“Kampret lo!
Liat nih sini! Awas lo suka!,” dengan
muka yang agak marah kayak anggrybird.
“ manaaaaaaa? Ihh! Kayak gitu doang? Ahh dangkal banget selera lo Hak!,” sambil meledek Ehak.
“Ehh dasar! Lo tu yaaaa yang agak oter,”
jawabnya dengan nada yang tinggi.
Setelah aku melihat
lelaki yang skype sama Ehak, sedikitpun
aku tak menyukainya apalagi terpanah oleh cintanya ‘Hahah!.’ Tiba-tiba Ehak memanggilku
dengan nada yang sok gembira.
“Kong sini deh!
Kayanya dia suka sama lo deh dianya
mau lihat muka lo lagi katanya lo cantik bener hahaha,” ledekan yang
dilontarkan padaku hanya lemparan batu kerikil kecil yang tidak berasa.
“Ahh gak lucu ah Hak! Udah gila kali tuh orang?,” jawab aku agak kesel.
“Beneran ini serius kong! Sini dia pengen skype sama lo? Kalau gitu gue kasih ussername
skype lo ajalah biar lo langsung skypean berdua ya?,” pintanya dengan
nada yang sangat gembira.
“Hah! Serah lo deh Hak yang penting lo seneng,” jawabku seperti nada yang
sedikit tak rela.
Jam sudah
menunjukkan pukul 5:00 WIB waktunya pulang keasrama untuk makan, mandi, dan
sholat, dan diteruskan malam entar
lagi onlinenya. Malam itu aku lagi gak
ada tugas dan hapalan jadi apalah daya jika nafsu ini pengen online dan
bergadang lagi seperti malam-malam sebelumnya. Saat aku mengaktifkan laptop aku dan mencoba mengkonekkan
modem ada satu chat di skype dari
lelaki itu, lelaki yang Ehak temukan entah di mana. Chat yang aku terima berisi
“Nice status,” aku mencoba perpikir
status apa yang bagus? Perasaanku aku tidak membuat status hanya emoticon
ngakak doang.
“Makasih” dan beberapa detik kemudian
dibalesnya kembali.
“Hey boleh liat matanya gak?,” apalah maksud
yang lelaki itu katakan.
“Apaan sih kayak gak ada kerjaan aja,” tiba-tiba skype
aku berbunyi lelaki itu mencoba menelpon aku dan apalah daya aku harus mengakat
telpon itu saat aku angkat.
Lelaki itu hanya tersenyum melihatku dan aku
merasa malu sehingga kamera skype aku
tutup tiba-tiba dia mengatakan.
“Idih kok ditutupin
tangan kita menyatu,” apa maksud lelaki itu mengatan hal yang sok romantis
denganku.
Hari demi hari
minggu ini cepat sekali berakhir dan hari ini adalah hari pembagian raport
akhir semester untuk naik ke kelas XII, setelah raport dibagikan aku pulang
kerumah dan vacum selama kurang lebih
3 minggu dari sosial media. Setelah libur semester usai aku kembali lagi
keasrama dan kebiasaan selama classmeting
belum hilang aku masih sempat online
bersama Ehak, hari itu tepat pada bulan puasa tepat siang hari di tanggal 16
juli 2014, lelaki itu menyatakan cintanya kepadaku lelaki itu bernama Andika
dia tinggal di Bandung laki-laki yang aku kenal dengan perawakan yang berbadan
kekar, kumis yang tipis, kulit yang khas Indonesia dan gombalanya tingkat dewa.
Gayanya yang sok cool kalau lagi di
depan kamera dan satu lagi gak jaim. Saat dia melihat mataku rasa yang dulu aku
tak punya sekarang sudah mulai ada dan suatu saat akan tumbuh dan melekat
dihati.
Di asrama
peraturan membawa hp terbatas sabtu dan minggu boleh memegang hp, selain hari itu
tidak diperbolehkan bagi anak-anak asrama terutama aku. Sehingga aku dan Andika
hanya melakukan komunikasi seminggu sekali itupun hanya melewati sms. Hari demi
hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan harapan yang begitu suci hanya
diendus oleh sang bayu yang berdosa semuanya berubah menjadi kepiluan yang
terdalam, siapa yang tidak syok jika seorang perempuan yang mempunyai pacar di
seberang sana yang LDR dan harus
ditingggalkan pergi untuk selama-lamanya. Cuma karena hanya ingin meminta maaf karena
minggu kemarin Andika tak mengabariku, dia nekat pergi ke Palembang dengan
mengendarai mobil milik orang tuanya, kejadian kecelakaan itu terjadi di jalan
tol moch tohha tempat di mana dia akan keluar dari gerbang tol kota Bandung
menuju Jakarta,dia dirawat dua minggu di rumah sakit Satrika Asih Bandung dan mulai
saat itulah aku mulai merasa aku sangat besalah pada kejadiaan itu sampai
akhirnya aku tak pernah menghubunginya lagi sampai nanti saat yang telah
ditentukan.
Dan saat waktu
yang telah ditentukan itu kupaksakan diriku untuk memberanikan menghubunginya
kembali tapi apalah daya saat sms yang
aku lontarkan berisi kata-kata sapaan tapi hanya ditanggapi seperti sampah.
“Andika,” pesan
pertama yang aku kirimkan.
“Apa..,” balas
Andika.
“Apa kabar? Apakah
kamu sudah sembuh?,” tanyaku lanjut padanya.
“Baik, lo?,”
balasnya kembali padaku dengan sms yang aneh.
“Entahlah kabar
diriku tak menentu, apakah lo masih nganggep gue pacar lo,?” tanyaku menyakinkan.
“Lah kitakan
udah putus, selama ini lo anggep apa
Ka... emang gak sakit hati apa gue. Lo tinggalin gue egois lo,” cetusnya
begitu denganku.
“Kamu sudah
berubah kamu gak seperti dulu lagi, ada apa dengan kamu?,” tanyaku semakin
menyakinkan.
“Memang aku
kayak gini keles, dan gue juga barusan resmi pacaran dengan
temen cewek aku tadi malam” jawabnya dengan enteng.
“Astaga jadi
begitu? Semoga kau bahagia dan jika aku punya salah tolong maafkan aku.” Ku
ketikkan sms itu dengan hati yang sangat perih.
“Apakah kita gak
bisa temenan?,” balasnya kembali.
“Maaf aku tak
bisa berteman dengan orang yang tak aku kenal asal usulnya dan latar
belakangnya, sekarang tak ada lagi cerita dan kenangan,” kuucapkan kata-kata
itu padanya.
“Kamu kenapa?,”
tanyanya kembali dengan sangat enteng.
“Aku kenapa?
Tanyakan pada batu yang membisu dan hamparan rumput jika dia nergoyang maka
engkau akan tau jawabanya,” ku balaskan kata-kata itu yang meluncur mulus di
hatiku.
Dan mulai dari
itulah Andika tak pernah memberikan kabar lagi padaku hingga memang waktu yang
memisahkannya.
Andika pernah
berjanji padaku, jika aku sudah lulus sekolah SMA aku akan kuliah di pulau
Jawa, dan Andika akan mengajakku pergi ke tempat yang romantis seperti di bukit
yang bisa liat pelangi dan liat luasnya kota Bandung. dan saat malam takbiran Andika
berjanji padaku akan mengajakku ke pantai untuk menghidupkan kembang api
berdua. Andika juga berjanji jika aku tidak jadi kuliah di pulau Jawa Andika akan
menjemputku di pulau Sumatera setelah dia lulus kuliah.
Janji itu akan
hidup dan aku ingat sampai kapanpun, tak akan mudah aku lupakan begitu saja,
kini kau hanya bayangan yang tak nyata, yang tak akan pernah aku jumpai dan
kutemukan dimanpun sekalipun aku pergi ke Bandung untuk melihatmu itu akan menjadi
hal yang mustahil bagiku.
*penulis
adalah siswa kelas XII IPA 1 SMA PLUS N2 BA III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar